Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2012

Transaksi Idealitas : Menakar Harapan Utopis Pelayan Publik

.......................................................................... Langit akhlak rubuh, di atas negeriku berserak-serak Hukum tak tegak, doyong berderak-derak Berjalan aku di Roxas Boulevard, Geylang Road, Lebuh Tun Razak, Berjalan aku di Sixth Avenue, Maydan Tahrir dan Ginza Berjalan aku di Dam, Champs Élysées dan Mesopotamia Di sela khalayak aku berlindung di belakang hitam kacamata Dan kubenamkan topi baret di kepala Malu aku jadi orang Indonesia. Taufiq Ismail, Malu (aku) Jadi Orang Indonesia, 1998 Suatu kali, sedang nikmat-nikmatnya nyeruput kopi di warung kopi depan kampus, datang seorang senior fakultas pendidikan. Orang-orang menyebutnya aktivis idealis. Karena ia aktif berorganisasi, pribadinya jujuur dan lantang menyerukan keadilan. Dengan langkah juntai dan mimik muram dia menghampiri saya. “ Weleh weleh , zaman makin bejat. Semuanya jadi jahat. Barang mulia keluar mandat.” Cetusnya. “Wah

Mahasiswa Membumikan Penelitian

Banyak kalangan akademisi yang menyayangkan akan adanya krisis budaya menulis dan penelitian mahasiswa di kebanyakan sivitas kampus di Indonesia. Kecenderungan budaya hedonis dan faktor kejumudan lainnya yang melingkupi kebanyakan mahasiswa, seolah mengikis tradisi keintelektualan ini. Hal ini diperparah dengan kurang berkualitasnya karya tulis ilmiah mahasiswa yang berimplikasi pada maraknya perjokian tugas akhir perkuliahan. Kondisi ini membuat profesionalitas ribuan cetakan sarjana yang akan bergumul dalam dinamika masyarakat banyak dipertanyakan. Di belahan UIN Maulana Maulana Malik Ibrahim (Maliki) Malang. Di kala kebanyakan mahasiswa lain tengah menikmati liburan panjangnya,   terdapat sekelompok mahasiswa yang silih berganti mempresentasikan sorotan proyektor di dinding. Bakal peneliti-peneliti muda itu adalah angkatan ke-XIV Lembaga Kajian, Penelitian, dan Pengembangan Mahasiswa (LKP2M) UIN Maliki Malang. Mereka tengah mengikuti “SEMPRUL” (Seminar Proposal) dalam ...

Perang Puputan Bayu: Potensi Sejarah Lokal Berbasis Karakter Bangsa

Karakter bangsa kini tengah menjadi perbincangan hangat di kalangan masyarakat. Pasalnya, karakter bangsa dinilai telah memudar pada sanubari generasi muda dewasa ini. Hal ini dapat dilihat dari maraknya aksi kekerasan dan asusila akhir-akhir ini, yang banyak diwayangi oleh generasi muda.  Upaya pemerintah untuk mengatasi fenomena ini diantaranya melahirkan K urikulum T ingkat S atuan P endidikan (KTSP) Berkarakter Bangsa di lembaga-lembaga pendidikan dasar dan menengah. Dalam pelaksanaannya, nilai-nilai karakter bangsa terkesan ditransfer secara tekstual dan kurang maksimal, sehingga kurang mengena bagi para siswanya.