Langsung ke konten utama

Mengubah Dunia dengan Media

 “Barang siapa menguasai media, dia akan menguasai dunia”, demikian bunyi salah satu pepatah modern. Telah banyak contoh dahsyatnya kekuatan media (pers) dalam mengantar perubahan dunia. Begitu besarnya pengaruh media dalam mengendarai wacana dan dukungan publik.
Pihak-pihak tertentu di berbagai sektor kehidupan yang digandeng media cenderung memenangkan persaingan. Kemajuan suatu perusahaan dalam memasarkan produknya tak lepas dari
campur tangan media. Kita akan berbondong-bondong membeli suatu produk yang telah diiklankan dengan bombastis dalam media cetak atau elektronik. Sebaliknya kita akan mempertanyakan kelayakan suatu produk yang tidak ada iklannya, atau miskin publikasi. Ya, walaupun berkualitas. Kita secara tidak sadar tengah dikelabuhi dengan penyamaan cita rasa yang sesuai dengan “titipan” pihak tertentu di belakang media. 
Perilaku kita keseharian pun tanpa sengaja telah disetir oleh media. Suka tidaknya kita pada sesuatu. Pantas atau tidak. Bahagia atau tidak. Cantik atau tidak. Semuanya seolah berkiblat pada gambaran media. Coba lihat saja tipe wanita yang ideal di masyarakat (kebanyakan). Bodinya seksi, pakainya banyak fentilasi, rok dan celananya mini (ukurannya menyaingi celana pendek pemain sepak bola, mungkin emansipasi, he, he), hp-nya blackbery, sepatu dan tasnya merk luar negeri, model rambutnya mirip katty pery. Kriteria semua itu secara bertubi-tubi merasuk dalam gang-gang pikiran kita lewat berbagai media cetak dan elektronik.
Sayangnya dalam penguasaan media ini orang-orang muslim cenderung kalah dibandingkan nonmuslim. Media-media besar dunia kebanyakan berasal dari Barat. Seperti di Amerika Serikat (AS). Negara adidaya dengan kebijakan yang memiliki pengaruh kuat dalam percaturan duniaini medianya banyak ditunggangi para Zionis Yahudi. Seperti kesimpulan kajian yang dimuat di situs natall.com: “Kapan pun Anda menonton televisi, sekalipun stasiun penyiaran lokal yang kecil atau via televisi kabel atau satelit; kapan pun Anda menonton film feature di teater atau di rumah; kapan pun Anda baca surat kabar, buku, atau majalah. Semua informasi atau hiburan yang Anda terima itu diproduksi dan/atau disebarkan oleh media-media milik orang Yahudi.” 
Tak ayal wacana Islamophobia begitu mudah dikonsumsi warga AS. Gerakan-gerakan anti-Islam di berbagai daerah akibat buta dengan sumber utama Islam tidak terelakkan. Tambahan pula, tatanan dunia baru (new order) yang digadang-gadang para anak-anak yahweh itu pun menemukan supermasinya. Bayangkan, betapa mudahnya mereka mengintimidasi media yang mayoritas asetnya dikuasai untuk menyampaikan doktrin-doktrin yang tak jarang memojokkan Islam. Mengerikan bukan?
Senada dengan yang kita alami di Indonesia. Tidak heran bila kelakuan kebanyakan masarakat tidak Islami. Tetapi lebih kebarat-baratan, atau juga agaknya lebih kekorea-koreaan atau kejepang-jepangan. Padahal aktor di dalamnya kebanyakan tidak pernah belajar ngaji sejak kecil bukan? Dan tingkah lakunya juga nyeleweng dengan etika Islam. Lha, muda-mudi Islam yang sudah ngaji dari kecil malah ikut-ikutan berpenampilan dan berkelakuan seperti aktor-aktor nonmuslim. Ya, lagi-lagi ini karena ulah media.
Peradaban Arab yang notabene merupakan kiblat ajaran Islam malah jarang kita temukan di layar televisi dan lembaran koran. Bahasa Arab yang merupakan bahasa Nabi Muhammad saw., bahasa al-Qur’an, dan bahasa kita kelak di surga (HR. At-Thabrani) juga langka kita jumpai di media. Kita takhluk dengan media yang tidak seiring dengan ajaran Islam. Kita jadi lebih akrab dengan budaya sampah (negatif) nonmuslim. Ironinya, hal ini seolah menjadi kebiasaan yang sudah tidak dipermasalahkan (kebanyakan masyarakat).
Hal yang terpenting adalah bagaimana kita selaku muda-mudi muslim meningkatkan kesadaran kita dalam bermedia dan berdakwah lewat tulisan. Ya, semampu kita. Walaupun masih dalam lingkup sederhana. Semisal memanfaatkan facebook dan twitter. Lebih-lebih jika aktif memposting di blog dan website dengan tulisan yang Islami dan mencerahkan. Lagi pula, internet menjadi media yang ampuh dalam penyebaran gagasan bukan? Mengingat lingkup pembaca nasional bahkan internasional. Apalagi bila aktif ikut serta dalam peluncuran buletin, majalah, koran dan lainnya .Wah, insya Allah pundi-pundi pahala dan rezeki Anda akan bertambah.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengurai Benang Kusut Korupsi*)

Indonesia terus dirundung kegalauan akibat korupsi. Bangsa ini senyatanya tengah mengidap penyakit   akut yang tergolong extra ordinary crime tersebut. Apalagi di wilayah penguasa. Semua lini pemerintahan di aras eksekutif, legislatif, dan yudikatif tengah terjerembab dalam kubangan kasus korupsi ( trias koruptika ). Fenomena ini semakin menguatkan tesis Lord Acton, sejarawan Inggris: abuse of power, kekuasaan itu cenderung menyeleweng. Pusaran permasalahan korupsi seolah menjadi lingkaran setan. Seperti ada siklus tersendiri yang membuat penanganan masalah korupsi tak pernah tuntas. Tiap tahunnya muncul lakon-lakon baru. Politisi yang kerap menyerukan slogan anti-korupsi dalam iklan-iklan didaktis televisi atau dalam iklan-iklan politis jalanan, pada akhirnya tersangkut jaring KPK. Kita terus mengelus dada. Apalagi pesta demokrasi dalam Pemilu sedang dipersiapkan sedemikian rupa. Mirisnya, marak dari kalangan elit muda yang tersangkut kasus korupsi. Generasi yang di...

Terorisme dan Stempelisasi Islam

SEIRING kuatnya ancaman terorisme Islamic State of Irak and Syria (ISIS) yang disambut kalangan ekstrimis radikal di Indonesia, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) bekerjasama dengan UIN Maulana Malik Ibrahim (Maliki) Malang menggelar dialog pencegahan terorisme, Rabu (19/11) lalu, di rektorat UIN Maliki Malang. Prof Dr Irfan Idris MA, Direktur Deradikalisasi BNPT, menyosialisasikan program kontra radikalisasi dan deradikalisasi untuk membendung gerakan radikal. Upaya ini ditempuh antara lain melalui pembinaan kepribadian dan kemandirian hidup kepada para narapidana di dalam lembaga pemasyarakatan. Selain itu juga digencarkan sosialisasi pada seluruh perguruan tinggi sekolah-sekolah yang kian menunjukkan anarkisme edukasi, serta pesantren yang sering diidentikkan sebagai sarang teroris. Upaya pemberdayaan rumah ibadah juga digerakkan. Pasalnya, banyak masjid yang dibajak kalangan radikalisme teroris untuk mendakwahkan doktrin-doktrin kerasnya. Pemateri lainnya, KH...