Banyak orang memenuhi kebutuhan informasinya hanya merasa cukup dengan Google. Bahkan, mereka hafal di luar kepala tetek bengek tentang Google. Tak heran muncul istilah mbah Google yang tahu segalanya. Semua fokus informasi dibebankan ke Google (Google oriented). Akhirnya pemenuhan informasi hanya berpangkutangan pada Google.
Itu yang disampaikan
Faizuddin Harliyansyah MIM, kepala pusat perpustakaan UIN Maliki Malang saat ngaji online dalam rangkaian program Marhaban ya Ramadan yang dihajat Lembaga Kajian, Penelitian, dan Pengembangan Mahasiswa, Jumat (5/7/2013) silam di perpustakaan UIN Maliki Malang.
Faizuddin menambahkan, perkembangan teknologi membuat masyarakat semakin akrab dengan berbagai layanan web. Muncul berbagai layanan yang memfasilitasi kalangan manapun untuk memublikasikan karyanya walau tanpa keahlian khusus manajemen konten web. Di seluruh dunia baik perorangan maupun instansi dapat suka-suka menyuarakan berbagai rupa kepentingan di web. Hal ini dapat dijangkau dengan mudah dan murah.
Tak ayal, setiap hari berjuta halaman web diproduksi. Kondisi ini berimplikasi terhadap membludaknya informasi di web secara signifikan (information overload). Berdasarkan statistik versi Google, jumlah halaman web dua tahun terakhir pernah menyentuh 55 miliar halaman. Di satu sisi hal ini memudahkan kita menjangkau berbagai informasi di penjuru dunia. Di sisi lain, kian universalnya informasi yang tersedia, kian sulit pula mencari informasi yang khusus dan berkualitas.
Fenomena berlimpahnya informasi yang tersedia di web ini tak serta merta berbanding lurus dengan kualitas informasi. Google tidak bisa mengenali strata pendidikan pengguna internet yang memproduk dan memublikasikan hasil karyanya. Baik itu profesor, remaja, pengangguran, maupun pekerja serabutan dapat berpartisipasi meramaikan web.
Fenomena tersebut perlu disadari. Apalagi bagi kalangan yang bergelut di bidang akademik, semisal guru, dosen, peneliti, pelajar, dan mahasiswa. Dalam proses belajar mengajar, bila didasari pada referensi yang keblinger dari sembarang web akan fatal. Pemahaman siswa pada akhirnya akan tersesat dan dangkal. Demikian pula dalam memenuhi tugas makalah ataupun skripsi bagi mahasiswa. Bila asal menyadur dan copy paste tentu akan menghasilkan karya tulis ilmiah abal-abal yang kurang bisa dipertanggungjawabkan. Kualitas cetakan kesarjanaannya pun akhirnya diragukan.
Menghadapi fenomena information overload dan information paradox seperti itu perlu strategi tersendiri. Menurut Faizzudin, salah satunya adalah melalui online research skill. Kecakapan ini dapat membantu pengguna internet dalam memanfaatkan informasi di web secara tepat untuk keperluan penelitian (research) dan pencarian referensi (resourch).
Online research skill akan membekali pengguna internet dengan fitur-fitur dan fasilitas sarana penelusuran (search engine) informasi ilmiah untuk mendapatkan hasil penelusuran dengan tingkat relevansi yang tinggi dengan topik riset. Kecakapan ini memang tidak mudah untuk dikuasai, tetapi pasti bisa asalkan kita mau.
*) Dimuat di Harian Surya, Kamis, 25 Juli 2013
Komentar
Posting Komentar