Langsung ke konten utama

Memakmurkan Serambi Masjid*)


Masjid mempunyai dua dimensi ruang yang keduanya memiliki makna filosofis yang sangat dalam bila dicermati dengan seksama. Seperti halnya yang disampaikan Prof. Dr. KH. Masdar Farid, Rois Syuro Pengurus Besar Nahdlatul Ulama yang memberikan ceramah di depan 3000 mahasantri Ma’had Sunan Ampel Al-Aly di
aula gedung Jendral Besar Soeharto UIN Maliki Malang (28/6).
Masjid bagian dalam mencerminkan hubungan hamba dengan sang Khaliq (Hablumminallah). Di dalamnya terdapat komunikasi vertikal dengan Allah Swt. baik secara perorangan maupun kolektif (jama’ah). Satu sama lain bersatu sebagai tiang yang saling menguatkan. Di dalamnya pula diolah spiritualitas umat. Bagian dalam masjid selain sebagai bengkel religiuitas individu, juga dapat digunakan tolak ukur sejauh mana antusiasme beragama masyarakat sekitar. 
Berbeda halnya dengan makna filosofis serambi masjid. Serambi masjid sejatinya digencarkan sebagai balai umat. Serambi masjid adalah wadah hubungan timbal balik horizontal antar individu (hablumminannas). Pada zaman Rasulullah, serba-serbi pengaduan dan permaslahan umat dalam dipecahkan di serambi masjid. Persoalan umat dari berbagai bidang semisal militer, politik, ekonomi, dan lainnya justru dimusyawarahkan di serambi masjid. Dewasa ini peran serambi masjid tersebut  mengalami disfungsi. Kebanyakan serambi masjid kini sering dijumpai kurang bernyawa. Jarang ditemukan hubungan dan komunikasi yang intens untuk menguliti persoalan umat. 
Maka yang perlu dipergegas adalah upaya untuk memakmurkan serambi masjid. Ya, memakmurkan dengan mengaktivasi kembali disfungsi serambi masjid sebagai forum masalah keumatan. Program-program masjid sangat perlu berorientasi kepada perhatian terhadap komunikasi yang intens antar umat. Program-program masjis harus dirancang sedemikian rupa agar lebih banyak masyarakat yang nimbrung untuk meramaikan masjid. 
Pada akhirnya, ketika fungsi serambi masjid dihidupkan kembali berpeluang besar memperkokoh ukhuwah Islamiyah. Sebaliknya kemunduran umat pada saat ini salah satunya adalah disfungsi serambi masjid sebagai manifestasi persatuan umat yang penuh manfaat dan ungkapan filosofis. Karna itu, mari kita makmurkan serambi masjid!

*) Dimuat di  Harian Surya, Selasa, 9 Juli 2013

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengurai Benang Kusut Korupsi*)

Indonesia terus dirundung kegalauan akibat korupsi. Bangsa ini senyatanya tengah mengidap penyakit   akut yang tergolong extra ordinary crime tersebut. Apalagi di wilayah penguasa. Semua lini pemerintahan di aras eksekutif, legislatif, dan yudikatif tengah terjerembab dalam kubangan kasus korupsi ( trias koruptika ). Fenomena ini semakin menguatkan tesis Lord Acton, sejarawan Inggris: abuse of power, kekuasaan itu cenderung menyeleweng. Pusaran permasalahan korupsi seolah menjadi lingkaran setan. Seperti ada siklus tersendiri yang membuat penanganan masalah korupsi tak pernah tuntas. Tiap tahunnya muncul lakon-lakon baru. Politisi yang kerap menyerukan slogan anti-korupsi dalam iklan-iklan didaktis televisi atau dalam iklan-iklan politis jalanan, pada akhirnya tersangkut jaring KPK. Kita terus mengelus dada. Apalagi pesta demokrasi dalam Pemilu sedang dipersiapkan sedemikian rupa. Mirisnya, marak dari kalangan elit muda yang tersangkut kasus korupsi. Generasi yang di...

Mengubah Dunia dengan Media

  “Barang siapa menguasai media, dia akan menguasai dunia”, demikian bunyi salah satu pepatah modern. Telah banyak contoh dahsyatnya kekuatan media (pers) dalam mengantar perubahan dunia. Begitu besarnya pengaruh media dalam mengendarai wacana dan dukungan publik. Pihak-pihak tertentu di berbagai sektor kehidupan yang digandeng media cenderung memenangkan persaingan. Kemajuan suatu perusahaan dalam memasarkan produknya tak lepas dari

Terorisme dan Stempelisasi Islam

SEIRING kuatnya ancaman terorisme Islamic State of Irak and Syria (ISIS) yang disambut kalangan ekstrimis radikal di Indonesia, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) bekerjasama dengan UIN Maulana Malik Ibrahim (Maliki) Malang menggelar dialog pencegahan terorisme, Rabu (19/11) lalu, di rektorat UIN Maliki Malang. Prof Dr Irfan Idris MA, Direktur Deradikalisasi BNPT, menyosialisasikan program kontra radikalisasi dan deradikalisasi untuk membendung gerakan radikal. Upaya ini ditempuh antara lain melalui pembinaan kepribadian dan kemandirian hidup kepada para narapidana di dalam lembaga pemasyarakatan. Selain itu juga digencarkan sosialisasi pada seluruh perguruan tinggi sekolah-sekolah yang kian menunjukkan anarkisme edukasi, serta pesantren yang sering diidentikkan sebagai sarang teroris. Upaya pemberdayaan rumah ibadah juga digerakkan. Pasalnya, banyak masjid yang dibajak kalangan radikalisme teroris untuk mendakwahkan doktrin-doktrin kerasnya. Pemateri lainnya, KH...