Langsung ke konten utama

Berumah di Atas Angin, Membumi di Bawah Keterpinggiran

SEBAGAI akademisi seharusnya mahasiswa jangan berumah di atas angin jauh dari realita kemasyarakatan. Itu yang disampaikan Luthfi J Kurniawan, Ketua Dewan Pengurus Perkumpulan Malang Corruption Watch (MCW) saat diklat advokasi HMI cabang Malang, Sabtu (28/12/2013). Mahasiswa sebagai entitas intelektual dituntut mempraksiskan segunung teori yang diasupnya. Bukan lagi hanya menjadi hakim epistemik yang bertugas memfatwa dan memvonis benar salah ilmu pengetahuan.
Luthfi menyayangkan mayoritas organisasi kemahasiswaan kini yang memelan pengaruhnya terhadap kebijakan publik. Organisasi kemahasiswaan sejatinya harus mampu berperan sebagai katalisator menuju transformasi masyarakat yang lebih baik. Dalam ranah kebijakan politis, usulan progresif mahasiswa sebagai karya akademik alternatif dapat menjadi pertimbangan briliian para stakeholder.
Mahasiswa juga dapat menggencarkan gerakannya ke arah pemberdayaan masyarakat yang kini diambil alih lembaga swadaya masyarakat.
Mahasiswa harus berpihak dan memperjuangkan nasib kaum tertindas (mustad’afin). Jangan malah melakukan penistaan terhadap eksistensi organisasi kemahasiswaan dengan berselingkuh dengan pemerintah yang tak pro rakyat. Sebagai komponen civil society mahasiswa harus menjaga independensinya. Selanjutnya berpartisipasi dalam perdebatan politik dan pengambilan keputusan. Dalam upaya pengambilalihan ruang publik sebagai ruang bagi diskusi kritis yang terbuka bagi semua orang.
Di kala para legislator tak lagi memosisikan diri sebagai artikulator kepentingan publik, namun lebih sebagai wakil kepentingan partai politik. Padahal pemerintah bekerja untuk kepentingan rakyat dalam mewujudkan negara yang sejahtera, bukan kepentingan dan kesejahteraan partai.
Karenanya, bila ingin disebut intelektual mahasiswa harus segera mereorientasi gerakan, mengamalkan ilmu dan berdaya guna di masyarakat secara konkret. Nalar kritis mereka harus selalu diarahkan dan dikobarkan untuk mengawasi kekuasaan pemerintah. Teori-teori langit sudah semestinya dibumikan di komunitas sekitar. Itu adalah upaya pembelajaran efektif untuk tejun ke masyarakat kelak sebagai sosok intelektual yang utuh.

Fiqh Vredian

http://surabaya.tribunnews.com/2014/01/20/berumah-di-atas-angin

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengurai Benang Kusut Korupsi*)

Indonesia terus dirundung kegalauan akibat korupsi. Bangsa ini senyatanya tengah mengidap penyakit   akut yang tergolong extra ordinary crime tersebut. Apalagi di wilayah penguasa. Semua lini pemerintahan di aras eksekutif, legislatif, dan yudikatif tengah terjerembab dalam kubangan kasus korupsi ( trias koruptika ). Fenomena ini semakin menguatkan tesis Lord Acton, sejarawan Inggris: abuse of power, kekuasaan itu cenderung menyeleweng. Pusaran permasalahan korupsi seolah menjadi lingkaran setan. Seperti ada siklus tersendiri yang membuat penanganan masalah korupsi tak pernah tuntas. Tiap tahunnya muncul lakon-lakon baru. Politisi yang kerap menyerukan slogan anti-korupsi dalam iklan-iklan didaktis televisi atau dalam iklan-iklan politis jalanan, pada akhirnya tersangkut jaring KPK. Kita terus mengelus dada. Apalagi pesta demokrasi dalam Pemilu sedang dipersiapkan sedemikian rupa. Mirisnya, marak dari kalangan elit muda yang tersangkut kasus korupsi. Generasi yang di...

Mengubah Dunia dengan Media

  “Barang siapa menguasai media, dia akan menguasai dunia”, demikian bunyi salah satu pepatah modern. Telah banyak contoh dahsyatnya kekuatan media (pers) dalam mengantar perubahan dunia. Begitu besarnya pengaruh media dalam mengendarai wacana dan dukungan publik. Pihak-pihak tertentu di berbagai sektor kehidupan yang digandeng media cenderung memenangkan persaingan. Kemajuan suatu perusahaan dalam memasarkan produknya tak lepas dari

Terorisme dan Stempelisasi Islam

SEIRING kuatnya ancaman terorisme Islamic State of Irak and Syria (ISIS) yang disambut kalangan ekstrimis radikal di Indonesia, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) bekerjasama dengan UIN Maulana Malik Ibrahim (Maliki) Malang menggelar dialog pencegahan terorisme, Rabu (19/11) lalu, di rektorat UIN Maliki Malang. Prof Dr Irfan Idris MA, Direktur Deradikalisasi BNPT, menyosialisasikan program kontra radikalisasi dan deradikalisasi untuk membendung gerakan radikal. Upaya ini ditempuh antara lain melalui pembinaan kepribadian dan kemandirian hidup kepada para narapidana di dalam lembaga pemasyarakatan. Selain itu juga digencarkan sosialisasi pada seluruh perguruan tinggi sekolah-sekolah yang kian menunjukkan anarkisme edukasi, serta pesantren yang sering diidentikkan sebagai sarang teroris. Upaya pemberdayaan rumah ibadah juga digerakkan. Pasalnya, banyak masjid yang dibajak kalangan radikalisme teroris untuk mendakwahkan doktrin-doktrin kerasnya. Pemateri lainnya, KH...