Langsung ke konten utama

Idealisme Tak Terbeli



WISMA Kalimetro yang biasanya didatangi warga yang tersangkut masalah hukum maupun pelayanan publik hari itu jadi meriah. Bermacam elemen mulai dari kelompok warga, akademisi, aktivis kampus, wartawan, dan biokrat pemerintahan memenuhi halaman markas Malang Corruption Watch (MCW). Mereka memeringati hari jadi 15 tahun MCW, Sabtu (31/5).
Ulang tahun MCW dibagi tiga sesi dan diisi dengan penyampaian laporan kerja satu semester dan sarasehan evaluasi kinerja MCW. Dalam lapoan keja triwulan MCW disebutkan, dalam upaya mengawal demokrasi di tahun pemilu ini, MCW sebagai komponen civil society gencar menyuarakan lima menit untuk lima tahun, himbauan agar masyarakat tak gegabah menggunakan hak pilihnya.
Agenda pencegahan jangka panjang dalam mendorong terwujudnya sistem demokratisasi yang bersih dan sehat. Selain, dilancarkan pendidikan warga mengenai esensi dan peratuan pemilu, serta penguatan kapasitas kelompok warga. Di samping penguatan kerja-kerja pengawasan dan advokasi sejumlah kasus korupsi.
Di sesi dua Prof Muktie Fadjar mengisahkan kelahiran MCW yang tak lepas dari semangat reformasi 1998 dalam menyongsong perwujudan masyarakat madani dalam membangun demokrasi lokal. Muktie berharap idealisme yang terbangun dalam sanubari para aktivis tak terbeli. Seiring mental seolah-olah yang menjakiti elit maupun masyarakat.
Juga digelar orasi ilmiah Prof Hariyono MPd mengenai dinamika pergerakan masyarakat sipil dalam membangun demokrasi lokal Malang dan Prof Dr Ahmad Erani Yustika PhD mengenai keterlibatan korporasi dan elit daerah.
Di akhir sesi dua dilaunching buku Ilusi Demokrasi Lokal oleh Ketua Dewan Pengurus Perkumpulan MCW, Luthfi J Kurniawan. Luthfi mengungkapkan, buku tersebut sebagai penanda peristiwa perubahan dalam membangun dinamika gerakan masyarakat sipil. Buku tersebut menggambakan bagaimana peran dan fungsi oganisasi masyarakat untuk merawat demokasi yang beradab di tingkat lokal agar tak terbajak kembali oleh para politisi-penguasa yang bewatak leviathan.
Di sesi akhir, Prof Joko Sayono sebagai pembicaa kunci mengusung tema pergerakan masyarakat sipil melalui gerakan budaya. Kemeriahan ini ditutup dengan pemutaran film Jejak Langkah Pergerakan Masyarakat Sipil di Malang Raya, pameran foto, dan pergelaran seni ekspresif oleh para aktivis.

Fiqh Vredian

Citizen Reporter Harian Surya
http://surabaya.tribunnews.com/2014/06/08/idealisme-tak-terbeli

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengurai Benang Kusut Korupsi*)

Indonesia terus dirundung kegalauan akibat korupsi. Bangsa ini senyatanya tengah mengidap penyakit   akut yang tergolong extra ordinary crime tersebut. Apalagi di wilayah penguasa. Semua lini pemerintahan di aras eksekutif, legislatif, dan yudikatif tengah terjerembab dalam kubangan kasus korupsi ( trias koruptika ). Fenomena ini semakin menguatkan tesis Lord Acton, sejarawan Inggris: abuse of power, kekuasaan itu cenderung menyeleweng. Pusaran permasalahan korupsi seolah menjadi lingkaran setan. Seperti ada siklus tersendiri yang membuat penanganan masalah korupsi tak pernah tuntas. Tiap tahunnya muncul lakon-lakon baru. Politisi yang kerap menyerukan slogan anti-korupsi dalam iklan-iklan didaktis televisi atau dalam iklan-iklan politis jalanan, pada akhirnya tersangkut jaring KPK. Kita terus mengelus dada. Apalagi pesta demokrasi dalam Pemilu sedang dipersiapkan sedemikian rupa. Mirisnya, marak dari kalangan elit muda yang tersangkut kasus korupsi. Generasi yang di...

Mengubah Dunia dengan Media

  “Barang siapa menguasai media, dia akan menguasai dunia”, demikian bunyi salah satu pepatah modern. Telah banyak contoh dahsyatnya kekuatan media (pers) dalam mengantar perubahan dunia. Begitu besarnya pengaruh media dalam mengendarai wacana dan dukungan publik. Pihak-pihak tertentu di berbagai sektor kehidupan yang digandeng media cenderung memenangkan persaingan. Kemajuan suatu perusahaan dalam memasarkan produknya tak lepas dari

Terorisme dan Stempelisasi Islam

SEIRING kuatnya ancaman terorisme Islamic State of Irak and Syria (ISIS) yang disambut kalangan ekstrimis radikal di Indonesia, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) bekerjasama dengan UIN Maulana Malik Ibrahim (Maliki) Malang menggelar dialog pencegahan terorisme, Rabu (19/11) lalu, di rektorat UIN Maliki Malang. Prof Dr Irfan Idris MA, Direktur Deradikalisasi BNPT, menyosialisasikan program kontra radikalisasi dan deradikalisasi untuk membendung gerakan radikal. Upaya ini ditempuh antara lain melalui pembinaan kepribadian dan kemandirian hidup kepada para narapidana di dalam lembaga pemasyarakatan. Selain itu juga digencarkan sosialisasi pada seluruh perguruan tinggi sekolah-sekolah yang kian menunjukkan anarkisme edukasi, serta pesantren yang sering diidentikkan sebagai sarang teroris. Upaya pemberdayaan rumah ibadah juga digerakkan. Pasalnya, banyak masjid yang dibajak kalangan radikalisme teroris untuk mendakwahkan doktrin-doktrin kerasnya. Pemateri lainnya, KH...