Judul Buku : Nasionalisme dalam
Bingkai Pluralitas Bangsa; Paradigma Pembangunan dan Kemandirian Bangsa
Penulis : Mohammad Takdir Ilahi
Editor : Meita Sandra
Penerbit : Ar-Ruzz Media-Jogjakarta
Tebal : 176 hlm, 1,48 X 21 cm
ISBN :
978-979-25-4905-8
Cetakan : I, 2012
Peresensi : Fiqh Vredian Aulia Ali
Masihkah
nasionalisme yang dikobarkan para pejuang kemerdekaan tetap tertanam dan
berkelanjutan sampai sekarang? Mungkin generasi muda dapat menjawabnya.
Seperti
yang dikatakan Usep Ranuwiharjo, substansi kehidupan bermasyarakat dan
berbangsa Semisal dengan kecenderungan dalam menggandrungi kebudayaan populer (popular
culture) dan gaya hidup yang berhaluan hedonis konsumeris saat ini. Atau
bahkan pertanyaan di atas sudah terjawab dengan trend kebebasan seks (free
sex) dan narkotika generasi muda dewasa kini.
Lebih
lengkap lagi, lunturnya nasionalisme generasi muda saat ini diwarnai dengan
kebobrokan tampuk perpolitikan kaum tua. Bukannya menjadi penuntas problem
kebangsaan saat ini, strata elit tua tersebut malah menjadi bagian dari
persoalan itu sendiri. Memang terkesan menggenelalisir, tapi agaknya itulah
yang kita sepakati sebagai potret umum kekalahan bangsa kita saat ini. Senada
dengan yang dikatakan Komaruddin Hidayat, bahwa bangsa ini telah jatuh dalam
kubangan self-destroying nation, yaitu bangsa yang menghancurkan dirinya
sendiri.
Maka,
pengkajian ulang, revitalisasi dan penyegaran semangat nasionalisme Indonesia
mendesak perlu dilakukan. Pemahaman mendalam (deep understanding)
mengenai signifikansi nasionalisme dalam konteks keindonesiaan dibutuhkan dalam
mewujudkan cita-cita ideal bangsa. pada gilirannya telah mengantarkan bangsa
Indonesia menuju perubahan yang mendasar. Kemudian, lahirlah konseptualisasi
nasionalisme sebagai gerakan pembaharuan yang bertujuan membangkitkan semangat
nasionalisme generasi muda dalam melawan segala bentuk penjajahan (h. 13).
Nasionalisme
di Indonesia pada awalnya dilatarbelakangi tumbuhnya kembali semangat dan
gerakan kaum terpelajar pada era penjajahan kolonial. Semangat itu semakin
membuka kesadaran masyarakat secara universal untuk memahami arti penting
persatuan dan kesatuan. Nasionalisme juga timbul bebarengan dengan rasa
sepenanggungan mengeyam penderitaan dan penindasan para penjajah (h. 20-21). Segala
rupa eksploitasi dan diskriminasi dalam berbagai segi kehidupan menyulut
nasionalisme masyarakat Indonesia. Di era kini modus penjajahan sudah memvermak
wajahnya menjadi lebih sopan. Alih-alih ingin menjadi dewa penolong, tapi
justru menenteng koper imperialisme. Karena itu nasionalisme masih sangat urgen
menjadi perisai dalam era kapital saat ini dengan permasalahan global yang semakin
kompleks
Semangat
nasionalisme yang tumbuh ditengah pluralitas (kemajemukan) masyarakat Indonesia
berpotensi membentuk masyarakat madani (civil society). Masyarakat
madani dapat diartikan sebagai sebuah kehidupan masyarakat yang demokratis dan
dinamis sesuai dengan perkembangan masa depan bangsa. Konseptualisasi
nasionalisme merupakan anugerah Allah SWT karena tentu saja kekayaan kebangsaan
Indonesia dengan berbagai warna suku, ras dan bahasa relatif bisa dipelihara
dalam kerangka persatuan dan meminimalisir potensi perpecahan (h. 30-36).
Selanjutnya
dalam upaya memajukan kehidupan bangsa diperlukan konsep dan paradigma
pembangunan nasional. Pembangunan yang berbasis kemandirian lokal menjadi
tawaran solutif dewasa ini.
Meminjam
konsep pembangunan Mila Reforma dalam tulisannya “Urbanisation and Urban
Poverty in thr Philippinies” yang bisa menciptakan proyek-proyek pembangunan
yang bercirikan : (1) berbasis community-oriented, yaitu berorientasi
pada pemenuhan kebutuhan nyata masyarakat yang bersangkutan, (2) berbasis community-based,
yaitu didasarkan pada sumber daya manusia yang ada di masyarakat yang
bersangkutan, (3) berbasis community-management, yaitu dikelola dengan
partisipasi aktif masyarakat yang bersangkutan (h. 75).
Ketika
konsepsi pembangunan mengacu pada kesadaran akan kemandirian potensi lokal,
gerakan kutural yang dimiliki bangsa kita akan semakin berkembang pesat di
tengah gejolak modernitas yang mengkungkung. Itu artinya karakter bangsa
Indonesia akan menguat dan tidak akan mudah terombang ambing dalam arus
globalisasi.
Judul
utama buku ini, ‘Nasionalisme dalam Bingkai Pluraritas Bangsa’ adalah kutipan
judul pada bab I. Penentuan judul ini mengisyaratkan titik tekan pokok kerangka
buku pada bab ini. Pembaca diantarkan pada pembahasan mengenai renaissans
nasionalisme dalam bingkai kebhinekaan Indonesia; renaissans Indonesia dan
pembentukan masyarakat madani (civil society); heroreisme pahlawan dan
nasionalisme pemuda; pemuda sebagai
pemimpin masa depan; dan potret generasi muda dan harga diri bangsa.
Judul
bab II, “Paradigma Pembangunan dan Kemandirian Bangsa” menjadi judul pendukung
di sampul buku. Dalam bab ini dipaparkan tema-tema beraneka ragam yang menjadi
tawaran solutif. Diantaranya, meretas konsepsi dan paradigma pembangunan;
pembangunan berbasis kemandirian lokal; mobilisasi pendidikan dan pembangunan
sumber daya manusia yang berkualitas; optimalisasi pembangunan berkelanjutan
menuju masa depan dan kehidupan ramah lingkungan; dan membangun budaya entrepreneurship.
Pada
bab selanjutnya, buku ini mepaparkan pula perihal absolutisme dan rekonstruksi
integrasi bangsa. Bagaimana membendung absolutisme budaya dan membangun
integrasi bangsa? Bagaimana menggalang rekonstruksi budaya menuju revitalisasi local
wisdom? Bagaimana memahami globalisasi-phobia dan populer culture
di milenium ini? Semuanya akan dijawab secara dialogis oleh Muhammad Takdir
dalam bukunya ini.
Sebagai
penutup, Muhammad Takdir Ilahi mengajak pembaca merenungi masalah dengan negara
tetangga yang tak kunjung usai. Dimulai dari memahami kulturisasi orang melayu;
legalisasi pembentukan bahasa melayu; menggagas politik kebangsaan yang
integratif ; dan diakhiri dengan membungkam legitimasi Malaysia serta upaya
legalisasi hak intelektual seni dan budaya Indonesia.
Di
era globalisasi saat ini diperlukan adanya semangat nasionalisme yang
membumbung dari segenap bumi putra agar terbebas dari hegemoni kaum penjajah (dengan
wajah barunya). Maka pemahaman secara subtansial akan signifikansi nasionalisme
sebagai gerakan pembaharuan perlu dimiliki. Pembangunan bangsa yang berbasis local
wisdom menjadi alternatif yang solutif akan kemandirian bangsa. Selanjutnya
penguatan jati diri bangsa dalam bentuk pembinaan kebudayaan nasional yang majemuk
akan melindungi anak bangsa dari kebudayaan asing yang destruktif, menuju
pencapaian cita-cita bangsa.
Buku
karya Muhammad Takdir Ilahi ini menyinggung banyak sekali segi kehidupan bangsa
yang mendesak perlu pembenahan. Mulai dari hukum, politik, sosial, pendidikan,
pembangunan, lingkungan hidup, budaya, bahasa, dan lainnya. Maka tentu saja
buku ini cocok untuk berbagai kalangan. Tetapi Muhammad Takdir Ilahi cenderung
memaparankan bab demi bab secara garis besar saja. Namun, agaknya itu yang
diinginkannya. Imbasnya, pembaca akan menjadi pribadi yang well rounded man
(berwawasan luas), nyambung jika berdiskusi di berbagai bidang. Penulis
nampaknya ingin merobohkan mental apatis pembaca dan menyulut idealitas sosial
pembaca dengan berbagai sektor masalah nasional.
Komentar
Posting Komentar