Teror meletus di berbagai belahan dunia. Untuk menyikapinya, HMI
komisariat Syariah Ekonomi UIN Maliki Malang menggelar bedah buku Ketika
Nonmuslim Membaca Al-Quran: Pandangan Ricard Bonney tentang Jihad karya
Irwan Masduqi, Rabu malam (11/9/2013).
Ricard Booney memaparkan konsep jihad dan akar terorisme secara
objektif dan simpatik pada dunia internasional. Menariknya, selain dari
kalangan Barat, dia juga seorang pendeta, sehingga pendapatnya tak
beraroma apologis (membaik-baikkan citra Islam). Dalam penelitian
Booney, jihad telah melewati sejarah panjang. Jihad sebagai konsep yang
kompleks tak berkembang secara linier. Terjadi ketidakajekan dan
pergeseran paradigma. Muncul beragam corak penafsiran dari sejumlah
kelompok terhadap ayat-ayat jihad.
Era Nabi, berbagai perang semata-mata untuk mempertahankan diri dan
melindungi hak kebebasan berkeyakinan. Ayat pedang (QS. At-Taubah: 5)
--yang sering dijadikan sebagai legitimasi aksi kekerasan atas nama
jihad-- sejatinya merupakan ayat yang turun dalam konteks peperangan
melawan agresi kaum musyrikin Mekah.
Konsep jihad yang disalahpahami secara reduktif oleh kelompok garis
keras mendesak perlu dideradikalisasi. Penelusuran konsep jihad yang
otentik merupakan bentuk dari upaya validasi konsep jihad dan kemudian
mencari relevansinya di masa kini. Lepas dari itu semua, Bonney berani
bersikap kritis terhadap kebijakan Barat yang dinilai ikut memicu
radikalisme di dunia muslim.
Jihad bukan semata-mata perang dengan mengerahkan persenjataan.
Perang dalam Islam lebih tepat disebut qital. Sedangkan perjuangan yang
dinilai paling besar adalah perjuangan spiritual melawan hawa nafsu.
Terorisme dalam pemikiran Islam disebut dengan istilah irhabiyyah.
Artinya menakut-nakuti dan membuat orang lari terbirit-birit. Maka,
terorisme bukan jihad, tetapi berbuat kerusakan (fasad).
Tudingan terhadap Islam sebagai agama teror murni harus ditolak.
Islam sendiri berasal dari derivasi kata as-silm, as-salam, atau
al-istislam, artinya rekonsiliasi, perdamaian, dan berserah diri. Umat
Islam juga diperintahkan menyebarkan penghormatan kepada orang lain
dengan kata assallamu allaaikum, damai atasmu.
Menurut Asghar Ali Engineer, kaum muslimin idealnya menjadi hamba
perdamaian. Karena salah satu nama Allah SWT adalah salam, artinya
damai. Melalui pemahaman holistik, diharapkan kita dapat memahami
masalah terorisme dan jihad secara jernih. Di samping itu, pengetahuan
yang memadai tentang jihad dan terorisme akan sangat membantu program
counter-terorism secara lebih efisien dan terarah. Semoga!
*) Dimuat di Harian Surya, 16 September 2013
http://surabaya.tribunnews.com/2013/09/15/mengoreksi-terorisme-dan-jihad
Komentar
Posting Komentar